
RUZKA-REPUBLIKA NETWORK – Kora Kora, bagian dari puluhan wahana permainan berbentuk kapal bajak laut yang maju mundur dengan intensitas tinggi di pasar malam.
Wahana ini memberikan sensasi adrenalin bagi penumpangnya, karena ayunannya bisa mencapai sudut kemiringan yang sangat tinggi, bahkan hampir seperti terbalik.
Berbentuk seperti kapal atau perahu besar yang mengangkut banyak penumpang, mekanismenya berayun maju-mundur, awalnya perlahan kemudian semakin cepat dan tinggi.
Eksistensinya mampu memberikan sensai pengalaman menegangkan saat mencapai titik ayunan tertinggi. Teriak histeris bersahutan para penumpang menambah serunya suasana aksi.
Dengan segala kemegahan pernak pernik lampu menghiasinya, wahana Kora Kora tak pelak menjadi favorit di pasar malam atau taman hiburan, digelar dimana pun.
Baca juga: Polsek Kadungora Garut Ringkus Pencuri Beras di Penggilingan Padi Desa Cisaat
Namun ayunan khas Kora Kora yang menarik perhatian para pengunjung itu bisa terhenti seketika, tatkala cuaca tidak mendukung, terlebih bila hujan terus mengguyur di setiap waktu.
Dalam kondisi cuaca seperti itu, pecinta hiburan malam pun nampak enggan beranjak dari peraduan, akibatnya pasar malam alami sepi pengunjung, tak lagi terdengar hingar bingar.
Kora Kora pasar malam di Lapang Cikoer Pantai Karang Papak, Desa Cikelet Kecamatan Cikelet, Kabupaten Garut, Jawa Barat (Jabar), Rabu (19/11/2025), terpaksa berhenti berayun.
Pasalnya, sejak siang hingga malam hari, hujan terus mengguyur arena. Malam itu suasana kembali hening, tak ada deru mesin penggerak Kora Kora, binar cahaya lampu perlahan redup.
Kora Kora seolah kehilangan daya perkasa, nampak tak mampu lagi menghantarkan kebahagiaan para penumpang dengan warna khas teriakan histeris di pangkuannya.
Namun ‘kesedihan’ Kora Kora tidak dialami sendiri. Berpuluh wahana pelengkap pasar malam lainnya pun terdiam seribu bahasa, seolah mewakili perasaan tuannya yang sedang terluka.
Baca juga: Bike To Work Minta Penambahan Lajur dan Fasilitas Parkir Sepeda di Depok
Kora Kora ‘paham’ jutaan rupiah modal awal dikucurkan tuannya membangun wahana harus kembali, puluhan personel penjaga setia wahana pun mesti digaji. Kora Kora pun tetap berdiri.
Kendati getir, tak satu pun wahana pergi, termasuk Kora Kora. Tak terkecuali para pedagang kuliner dan aksesoris, tetap setia di barisan tim pasar malam hingga dua pekan ke depan lagi.
Para petugas parkir dan pengatur keamanan kendaraan, nota bene para pemuda setempat pun hanya duduk manis, bersenda gurau sambil sesekali menengadah langit, melihat kucuran hujan.
Mereka sepakat berharap, hari esok cuaca kembali cerah, pengunjung kembali berdatangan, Kora Kora pun kembali bercuan, berayun menemani ritme aktivitas wahana lainnya.
Begitupun dengan risalah kehidupan, sebagus apapun rencana kegiatan, sebesar apapun keinginan, namun segala sesuatunya kembali berpulang kepada kehendak yang Maha Kuasa.
Baca juga: Sasar Titik Keramaian, Satuan Samapta Polres Garut Gelar Patroli di Wilayah Perkotaan
Hal itu diungkapkan tokoh masyarakat Desa Cikelet, Supriatna (48), saat menunggu hujan reda di Rest Area Gelora Banyu Sagara (GEBYAR) sambil menikmati sajian segelas kopi hangat.
Niat Supriatna mengantar cucu kesayangannya bermain di wahana Istana Boneka dan akan mencoba naik Kora Kora, malam itu pun sirna. “Besok akan coba kesini lagi,” imbuhnya.
Rest Area GEBYAR sendiri lokasinya persis di depan wahana pasar malam, menjadi saksi bahagai di saat pengunjung membeludak dan getirnya suasana sunyi, sepi mengiris nurani. (***)
Jurnalis: Ridwan
