Nasional
Beranda » Berita » Wakil Ketua DPRD Depok Yeti Wulandari: 80 Dapur Gizi Telah Berdiri, Terjadi Perputaran Ekonomi

Wakil Ketua DPRD Depok Yeti Wulandari: 80 Dapur Gizi Telah Berdiri, Terjadi Perputaran Ekonomi

Wakil Ketua DPRD Kota Depok, Yeti Wulandari. (Foto: Dok RUZKA INDONESIA) 
Wakil Ketua DPRD Kota Depok, Yeti Wulandari. (Foto: Dok RUZKA INDONESIA)

RUZKA-REPUBLIKA NETWORK — Wakil Ketua DPRD Kota Depok, Yeti Wulandari, mengapresiasi progres signifikan pelaksanaan program Makan Bergizi Gratis (MBG) di Kota Depok yang menjadi bagian dari program prioritas nasional Presiden Prabowo Subianto.

Hingga November 2025, tercatat 80 Satuan Pelaksana Program Gizi (SPPG) atau Dapur Gizi telah berdiri dan aktif menyalurkan makanan sehat kepada lebih dari 223 ribu penerima manfaat, terdiri dari siswa tingkat PAUD, SD, SMP, SMA serta ibu hamil.

“Alhamdulillah, sampai hari ini di Kota Depok sudah terbentuk 80 dapur gizi. Total penerima manfaatnya mencapai lebih dari dua ratus ribu siswa. Ini capaian luar biasa dalam waktu kurang dari 10 bulan sejak dimulai Februari lalu,” ungkap Yeti di Kantor PWI Depok, Rabu (12/11/2025).

Yeti juga memberikan apresiasi tinggi terhadap kegiatan Lomba Menulis dan Baca Puisi yang digagas oleh Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Kota Depok bekerja sama dengan Forum Indonesia Emas, bertema “Makan Bergizi Gratis (MBG) untuk Generasi Emas Indonesia 2045.”

Baca juga: Pembangunan SPBUN di Lampung Timur Dorong Ketahanan Energi Pesisir dan Masyarakat Nelayan

ITC Bersama Polres Depok Buka Pos Pengamanan Malam Tahun Baru, Dukung Rayakan Tanpa Kembang Api

Kegiatan literasi semacam ini tidak hanya menjadi wadah ekspresi dan kreativitas.

Tetapi juga sarana edukasi publik untuk membangun kepedulian terhadap isu strategis nasional — salah satunya program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang tengah digencarkan pemerintah pusat.

“Melalui lomba menulis dan baca puisi ini, kita bisa menumbuhkan semangat berpikir kritis dan rasa empati generasi muda terhadap sesama. Tema Makan Bergizi Gratis sangat relevan dengan visi membangun generasi sehat, cerdas, dan berkarakter menuju Indonesia Emas 2045,” jelasnya.

Program Besar yang Butuh Evaluasi dan Ketelitian*

Lanjut Yeti, membangun dapur gizi dalam jumlah besar bukan perkara mudah. Selain faktor geografis dan teknis, dibutuhkan sistem evaluasi menyeluruh agar kualitas dan keamanan pangan tetap terjaga.

Rakernas PMSM Indonesia Susun Strategi Unggul Perkuat Daya Saing Global

Ia mengingatkan bahwa negara-negara maju seperti Jepang membutuhkan waktu hingga 20 tahun untuk menstabilkan program makan bergizi nasional, sementara Brasil dan India memerlukan 15 tahun. Indonesia baru berjalan dalam hitungan bulan, sehingga evaluasi dan masukan publik menjadi sangat penting.

Baca juga: BPJS Ketenagakerjaan Majalengka Bayar Santunan Rp 42 Juta, Keluarga Pekerja Terharu

“Kita bicara program besar dengan anggaran besar. Karena itu harus dijaga agar tepat sasaran, aman, dan sesuai standar gizi nasional. Saya bahkan mendorong pembentukan Satgas Monitoring Dapur Gizi agar potensi seperti kontaminasi atau penyimpangan dapat diminimalisir,” terang politisi partai Gerindra ini.

Dampak Sosial dan Ekonomi: Dari Anak Sekolah hingga UMKM

Dia menegaskan, MBG bukan sekadar soal makanan gratis, melainkan instrumen penting dalam pembangunan sosial dan ekonomi masyarakat.

Hadapi Nataru, Bupati Majalengka Instruksikan Pantau Ketat Harga Pangan

Setiap satu dapur gizi mempekerjakan sekitar 41 orang, sebagian besar merupakan warga usia nonproduktif yang kini kembali berdaya. Dengan demikian, program ini tidak hanya menyentuh aspek gizi, tetapi juga membuka lapangan kerja baru di tingkat lokal.

“Dari dapur gizi ini berputar uang miliaran rupiah setiap hari di Kota Depok. Karena bahan dan menu banyak disuplai oleh UMKM lokal — mulai dari pembuat dimsum, bakso, hingga olahan sayur dan buah. Ini roda ekonomi yang berputar tanpa banyak disadari,” tutur Yeti.

Yeti juga menjelaskan bahwa Presiden Prabowo mendorong pendirian Koperasi Merah Putih sebagai wadah distribusi pangan MBG, agar manfaat ekonomi tidak hanya dirasakan korporasi besar, tetapi juga UMKM dan masyarakat kecil.

Baca juga: Hari Pahlawan, Swara SwadaNya dari Komoenitas Makara Pentaskan Repertoar Pahlawan Rakyat

Menyiapkan Bonus Demografi 2045

Lebih jauh, Yeti menyoroti filosofi besar di balik program MBG sebagai strategi jangka panjang menyiapkan bonus demografi Indonesia 2045.

Menurutnya, kualitas gizi menjadi fondasi utama dalam membangun sumber daya manusia unggul. Saat ini, tingkat kecukupan gizi nasional baru mencapai 17 persen — tertinggal dari Vietnam, Malaysia, bahkan Cina.

“Pak Prabowo sejak dulu sudah menaruh perhatian pada masalah gizi. Saat mendirikan Gerindra tahun 2008, beliau menggagas Revolusi Putih, yaitu gerakan memberi susu bagi anak-anak sekolah. Karena tanpa gizi yang baik, anak tidak bisa tumbuh, belajar, dan berprestasi dengan optimal,” jelasnya.

Program MBG, tambahnya, merupakan bentuk keberlanjutan dari gagasan tersebut agar anak-anak Indonesia tumbuh sehat, cerdas, disiplin, dan berkarakter.

Baca juga: MUC 2025: Mendorong Transformasi Digital Tambang Indonesia

Perubahan di Sekolah: Anak Lebih Semangat dan Mandiri

Hasil monitoring di lapangan menunjukkan dampak positif MBG terhadap perilaku siswa. Banyak sekolah melaporkan bahwa anak-anak kini lebih bersemangat datang ke sekolah, tidak minder karena faktor ekonomi, dan mampu belajar lebih fokus karena perut sudah terisi makanan bergizi.

“Banyak anak yang sebelumnya belum pernah makan pir atau anggur muskat, kini mereka merasakannya dari program MBG. Bahkan anak-anak ikut piket, membantu distribusi dan pengumpulan wadah makan — ini melatih kemandirian dan tanggung jawab sejak dini,” kata Yeti.

Ia menegaskan, pendidikan dan gizi tidak bisa dipisahkan. Bila pendidikan sudah gratis, maka pemenuhan gizi pun harus dijamin agar anak-anak Indonesia benar-benar siap menghadapi masa depan.

“Makan sehat memang tidak selalu enak bagi lidah anak-anak, tapi dari situlah edukasi dimulai. Makanan bergizi bukan hanya soal kenyang, tetapi tentang masa depan bangsa,” tegasnya.

Baca juga: PWI Depok Gelar Lomba Menulis dan Baca Puisi Tingkat Pelajar, Ekspresi Merinding Generasi Bergizi

MBG Sebagai Gerakan Nasional

Yeti menyampaikan optimismenya bahwa MBG akan menjadi gerakan nasional lintas sektor — menguatkan gizi anak bangsa sekaligus menggerakkan ekonomi rakyat.

Ia juga berterima kasih kepada semua pihak yang telah mendukung, termasuk media dan insan literasi yang ikut menyuarakan pentingnya gizi untuk generasi emas Indonesia.

“Saya berterima kasih kepada Ketua PWI Depok dan rekan-rekan jurnalis yang terus mengedukasi masyarakat. Mari kita kawal bersama program Makan Bergizi Gratis ini agar manfaatnya benar-benar sampai ke rakyat,” pungkasnya. (***)